Pada tahun 1950-an, Jepang membayar uang reparasi ke Indonesia untuk perbuatannya pada masa Perang Dunia II. Sebagian dari uang itu digunakan untuk pembangunan, termasuk dua hotel yang sampai sekarang punya nama: Ambarrukmo Palace Hotel (kini Royal Ambarrukmo Hotel) di Yogyakarta dan Samudra Beach Hotel (kini Inna Samudra Beach) di Sukabumi. Seperti yang tampak dalam series perangko ini, yang dikeluarkan pada tahun 1965 untuk memperingati kedua hotel ini, fisik luar dari kedua hotel ini memang mirip. Keduanya juga menyediakan pelayanan yang sangat eksklusif, supaya bisa menarik wisatawan mancanegara.

Sumber gambar: Majalah Tempo edisi 25 Agustus 1990, sampul belakang

Sumber

Sumber gambar: Majalah Tempo, edisi 21 November 1987, hal 71
Tampaknya, pada tahun 1978 Widyawati sudah menjadi Bintang Lux. Dalam iklan ini, yang diambil dari majalah Femina edisi 28 Februari 1978, istri dari Sophan Sophiaan ini sudah berpose di depan Menara Eiffel. “Kesaksian” (entah apa benar atau tidak) yang diberikan menekankan bahwa Paris van Perancis merupakan pusat dari dunia fashion dan perawatan kecantikan. Lux Baru pun dinyatakan pertama kali dicoba di kota tersebut, sehingga kesannya lebih eksklusif.
Menariknya, foto ini tampaknya memang diambil di Paris. Kalau kita memperhatikan detail-detailnya, ada beberapa helai rambut Widyawati yang “berkeliaran”, yang tidak mungkin terjadi kalau ini di-cut dari foto lain. SOURCE
Ada kalanya bahasa daerah banyak digunakan dalam iklan yang dituju kepada pembaca umum. Lihat, misalnya, iklan aspirin dari Bayer ini, yang cetak sekitar tahun 1940.Cukup menariknya, dalam iklan ini, pembaca diperkenalkan dengan setiap huruf yang bunyinya dapat ditemukan dalam bahasa Jawa (dari A sampai W). Caranya sederhana: disediakan gambar yang mudah dikenali, supaya pembaca dapat mengenali huruf yang mengawali nama dari benda yang tergambarkan. Hal ini juga digunakan untuk memperkenalkan nama produknya: A seperti Ajam, S seperti Sapoe, P seperti Patjoel, I seperti Iwak, R seperti Rante, dan I seperti Iwak.
Sumber gambar: Koleksi Hans Pols
Dari tahun 1950-an, pemerintah Indonesia terus mengembangkan sektor pariwisata untuk menambahkan devisa negara. Seperti halnya sekarang, yang paling ditekankan adalah kebudayaan dan keindahan alam Indonesia, yang menawarkan pelbagai pengalaman baru untuk wisatawan mancanegara.
Dalam series perangko ini, yang dijuluki “Visit Indonesia” dan dikeluarkan pada tahun 1961, ada sejumlah kebudayaan dan keindahan alam Indonesia yang digambarkan. Kebudayaannya termasuk tarian Bali dan tarian Dayak, kuil Bali, dan Candi Borobudur, sementara keindahan alamnya termasuk Danau Toba, Ngarai Sianok, dan Kawah Tangkubanperahu. Series sepuluh perangko ini memperkenalkan daya tarik dari setiap pulau besar yang secara administratif dikuasai Indonesia pada waktu itu (jadi belum masuk Papua, meski sudah diklaim pemerintah), dengan namanya ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. SOURCE
Bouraq Indonesia pernah menjadi perusahaan penerbangan yg mengudara cukup lama di Indonesia. Pernah memiliki armada pesawat udara sampai 70 buah. A Didirikan pada tahun 1970, perusahaan ini dinyatakan pailit di tahun 2005. Foto tiket pesawat Surabaya – Jakarta tahun 1990. SUMBER
Iklan Aji-No-Moto, yang dilengkapi dengan resep sukiyaki. Pada tahun 1970-an, Indonesia semakin dipengaruhi oleh gejolak globalisasi, sehingga masakan-masakan dari luar negeri mulai menarik perhatian kaum menengah atas. Hal ini semakin didorong oleh perusahaan makanan asing, yang berusaha untuk menciptakan budaya kuliner global supaya produk mereka laku.
Sumber gambar: Femina 157 (24 April 1979), tanpa nomor halaman. KOLEKSI: Chris Woodrich