STUDIO FOTO TEMPO DULU DI KOTA YOGYA

Mas Mukimin, putra Mas Saman, mempunyai hobi fotografi. Ia membuat studio foto di samping rumah keluarganya di Gondomanan. Jejak studio foto tua tersebut adalah dua buah foto berukuran besar tergantung di dinding teras rumah. Papan dalam foto tersebut bertuliskan: Indonesische Fotograaf Trisno Roso Djokja, dan berangka tahun 1938.

Menurut cerita Pak Prayitno, anak laki-laki Mas Mukimin, saat itu tidak banyak orang Jawa yang mempunyai usaha studio foto sendiri.
Tampaknya Mas Mukimin juga diwarisi bakat kreatif dari ayahnya. Ia mampu membuat mesin pembesaran foto (enlarger) sendiri. Sayang saat ini sebagian perangkat fotografi peninggalan Mas Mukimin sudah banyak dibeli orang, sehingga tidak banyak lagi yang tersisa.

Dulu sekali, tidak jauh dari kediaman dan tempat usaha Mas Mukimin, pernah tinggal seorang fotografer Jawa kenamaan pada jamannya. Kassian Cephas namanya. Secara resmi, ia bekerja sebagai fotografer untuk Kesultanan Yogyakarta. Bahkan Cephas melakukan prosedur untuk mendapatkan hak legal status “gelijkgesteld met Europeanen” atau “sejajar dengan orang Eropa” untuk dirinya dan dua orang anak laki-lakinya—Sem dan Fares.

Cephas dan keluarga tinggal di rumah besar bertingkat tiga di Jalan Lodji Ketjil. Lantai pertama dipakai sebagai toko, lantai kedua sebagai studio, dan lantai ketiga sebagai rumah tinggal. Posisi bangunan tempat tinggal Cephas ini kira-kira berlokasi di tempat dimana bangunan swalayan Progo sekarang berdiri.

Tahun-tahun itu Cephas jelas bukan satu-satunya fotografer. Saingannya adalah para fotografer Eropa yang memang biasanya berprofesi sebagai fotografer keliling dari satu kota ke kota lain dan menyediakan juga layanan studio untuk publik, seperti Barth & Tagesell, Persijn, O. Kurkdjian, dan Jos Sigrist.

Pada awal 1900-an sudah banyak studio berdiri di Yogyakarta, baik didirikan oleh fotografer yang hanya singgah saja di kota ini maupun fotografer lokal dan permanen. Selain studio foto yang didirikan oleh fotografer Belanda dan Jawa (keluarga Cephas), sudah ada dua studio foto yang didirikan oleh keluarga Cina. Sangat mungkin Mas Mukimin ini belajar fotografi dari kalangan fotografi yang ada di kota ini, yaitu dari lingkaran orang-orang Belanda atau Cina.

Baik usaha foto maupun kijing (cerita tentang kijing bisa didapatkan di bagian lain esai ini) menurut pengakuan Pak Prayitno tidak banyak dipromosikan melalui iklan. Keluarga ini percaya bahwa konsumen akan datang dengan cara komunikasi gethok tular saja. Tetapi iklan mini usaha keluarga M Saman bisa juga dijumpai di media lokal Yogyakarta.

***

Menjambut Hari Ulang Tahun ke-XVII Kemerdekaan R.I 17 Agustus 1962.

Photo “M Saman”

Djl. Gondomanan No. 37 – Yogyakarta

***
Kelak yang mewarisi usaha studio foto tersebut adalah Roestam Saman. Roestam Saman dan Prayitno sama-sama mempunyai hobi memotret dan sering berburu foto bersama-sama.

Pada masa itu, usaha studio foto M Saman bukan satu-satunya yang ada di kota ini. Ada Jogja Studio di Jalan Tanjung 9, ada Janry Photo Service di Jalan Ketandan 3, dan ada Fotograaf Liek Kong di Tugu Kidul 81.

Hal menarik dari iklan-iklan studio foto ini adalah penonjolan teknologi terbaru yang diterapkan dalam studio foto mereka. Mereka berlomba-lomba memamerkan atau menjual kecanggihan teknologi fotografi terbaru yang mereka gunakan. Film berwarna lebih canggih daripada film hitam-putih. Iklan di bawah ini menunjukkan kebanggaan atas film berwarna :

***
Memperkenalkan!!! Janry Color Photo Service. Ketandan Kidul No 8 – Jogja.

Alamat untuk: mentjutjikan pilem-pilem berwarna dari merk:

– Geva color N 3

– Geva color N 5

– Geranta color N

– Agfacolor NT dan pakolor

Ditjutji selesai dalam 24 jam. Ongkos sengadja diringankan! Untuk luar kota tambah ongkos kirim.

***
Saat ini studio foto M Saman sudah tutup. Berganti dengan usaha jual-beli voucher handphone. Cucu Mas Mukimin, yaitu putranya Pak Roestan Saman, Dodi membuka usaha fotografi di samping rumah keluarganya di Jalan Ireda (Keparakan Lor). Dan mengikuti trend sekarang, ia membuka studio foto digital.

Sumber : esai tentang fotografi dalam pameran proyek seni gondomanan.

Foto : KITLV 1919 [kratonleven in Djokjakarta]

SOURCE

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *