Antara Faksimil, Rotator, dan Kloset: Kisah di Balik Headline Kompas 1991
Dengan segala hormat dikembangkan dari postingan Sumber: Facebook Arbain Rambey
Pada edisi Sabtu, 11 Mei 1991, Harian Kompas menampilkan sebuah foto headline yang menjadi sorotan utama. Foto tersebut, yang menggambarkan peristiwa dramatis runtuhnya Jembatan Kali Krasak antara Kota Magelang dan Yogyakarta, dikirim dari Yogyakarta ke Jakarta menggunakan mesin faksimil. Penggunaan teknologi faksimil untuk mengirimkan foto pada masa itu merupakan langkah yang tidak biasa. Akibatnya, kualitas teknis foto yang dihasilkan sangat buruk, sebagaimana terlihat pada reproduksi halaman tersebut. Sebagai catatan, jika pengiriman dilakukan menggunakan mesin faksimil produksi tahun 2010 ke atas, kualitas gambar tentu akan jauh lebih baik.
Kronologi Peristiwa Jembatan Kali Krasak

Peristiwa yang menjadi headline tersebut terjadi pada tanggal 10 Mei 1991, pukul 15.30 WIB. Sebuah truk tangki bermuatan bahan bakar premium terbakar tepat di tengah Jembatan Kali Krasak, yang menghubungkan Kota Magelang dan Yogyakarta. Sang sopir, dalam kepanikan, meninggalkan truk di tengah jembatan. Kobaran api yang membumbung tinggi menghasilkan panas luar biasa, menyebabkan struktur jembatan besi meleleh dan akhirnya runtuh. Kejadian ini bukan hanya peristiwa lokal, tetapi memiliki dampak signifikan karena memutuskan jalur transportasi antara dua provinsi, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Bagi Harian Kompas, peristiwa ini dianggap sangat penting untuk dijadikan headline, baik dalam bentuk tulisan maupun foto. Namun, tantangan besar muncul karena tidak adanya fotografer Kompas yang berada di lokasi kejadian hingga api benar-benar padam. Di sisi lain, era tersebut belum mengenal teknologi digital, sehingga pengiriman foto dari sumber eksternal ke redaksi di Jakarta dalam waktu singkat menjadi hampir mustahil.

Teknologi Analog di Era 1990-an
Pada awal 1990-an, dunia jurnalistik, termasuk Harian Kompas, masih bergantung pada teknologi fotografi analog yang menggunakan film. Proses pengambilan gambar memerlukan pencucian dan pencetakan film sebelum dapat digunakan. Untuk mengirimkan foto dengan cepat, Kompas menggunakan alat bernama rotator. Alat ini bekerja dengan memindai foto cetak, mengubahnya menjadi sinyal suara, lalu mengirimkan data tersebut melalui saluran telepon biasa. Di tempat tujuan, sinyal suara tersebut dikonversi kembali menjadi data gambar, sehingga foto dapat direproduksi.
Namun, dalam kasus Jembatan Kali Krasak, Biro Kompas Yogyakarta tidak memiliki rotator. Foto peristiwa tersebut baru diperoleh menjelang malam dari Harian Bernas, yang juga mendapatkannya dari pihak ketiga. Sayangnya, pada saat itu, penerbangan terakhir dari Yogyakarta ke Jakarta telah berangkat, sehingga opsi pengiriman fisik melalui paket cepat tidak lagi memungkinkan. Akhirnya, redaksi memutuskan untuk menggunakan mesin faksimil sebagai solusi darurat, meskipun hasilnya jauh dari ideal.
Tantangan Jurnalistik di Era Pra-Digital
Kisah di balik headline Kompas pada 11 Mei 1991 mencerminkan tantangan besar yang dihadapi media cetak di era pra-digital. Keterbatasan teknologi pengiriman data, absennya peralatan canggih seperti rotator di beberapa lokasi, dan ketergantungan pada infrastruktur transportasi fisik menjadi kendala utama dalam menyampaikan berita secara cepat dan berkualitas. Mesin faksimil, yang pada masa itu dianggap sebagai teknologi modern, ternyata tidak mampu menghasilkan kualitas gambar yang memadai untuk kebutuhan headline surat kabar.
Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya adaptasi dan kreativitas dalam dunia jurnalistik. Meskipun dihadapkan pada keterbatasan teknologi, tim redaksi Kompas tetap berupaya menyampaikan berita penting kepada pembaca dengan memanfaatkan alat yang tersedia, sekalipun hasilnya tidak sempurna. Kejadian ini menjadi cerminan dari dinamika jurnalisme pada masa itu, di mana setiap berita besar membutuhkan kerja keras dan inovasi untuk sampai ke tangan pembaca.
Refleksi dan Relevansi di Era Modern
Kisah pengiriman foto Jembatan Kali Krasak melalui faksimil mengingatkan kita akan pesatnya perkembangan teknologi dalam tiga dekade terakhir. Di era digital saat ini, pengiriman gambar berkualitas tinggi dapat dilakukan dalam hitungan detik melalui internet, tanpa memerlukan alat seperti rotator atau faksimil. Peristiwa ini juga menjadi pengingat bahwa di balik setiap headline, terdapat cerita tentang kerja keras, keterbatasan, dan dedikasi untuk menyampaikan informasi kepada publik.
Dengan memahami konteks sejarah seperti ini, kita dapat lebih menghargai kemajuan teknologi jurnalistik dan pentingnya menjaga kualitas informasi di tengah kemudahan akses yang kita miliki saat ini. Kisah Jembatan Kali Krasak bukan hanya tentang sebuah jembatan yang runtuh, tetapi juga tentang bagaimana media beradaptasi dengan tantangan zamannya untuk tetap relevan dan informatif.